Senin, 25 Juni 2012

Tugas Softskill B.Indonesia ( Latar Belakang PI )

1.1 Latar Belakang Masalah Harus diakui bahwa pertumbuhan ekonomi di negara Indonesia telah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan signifikan. Hal ini juga diikuti dengan menjamurnya bisnis-bisnis baru yang unik dan saling berkompetisi dalam merebut pasar konsumen serta menarik konsumen tersebut pada kebutuhan atas produk-produk tertentu dengan iming-iming kualitas dan layanan yang bermutu (sumber : SWA, Ed. Januari 2008 ; Proyeksi Peluang Usaha di Indonesia) Berdasarkan pengamatan lapangan yang dilakukan secara langsung oleh penulis, kebanyakan penduduk kota metropolitan seperti Jakarta menghabiskan waktu mereka lebih banyak diluar rumah dibandingkan di rumah mereka sendiri. Dan biasanya bila ada waktu senggang mereka akan lebih banyak pergi ke mal-mal atau ke tempat-tempat yang santai seperti café, restoran dan tempat-tempat yang menyediakan fasilitas untuk bersantai sejenak. Sebagai dampaknya dalam usaha makanan dan minuman atau food and beverage semakin berkembang pesat juga. Agar dapat menarik konsumen sebanyak mungkin, para pengusaha makanan dan minuman saling bersaing dalam meningkatkan mutu, dengan cara menata komposisi menu, tingkat kandungan gizi, tata warna makanan dan minuman (desain produk makanan dan minuman), cara menata hidangan yang menarik, rasa yang memenuhi standar resep, sajian yang sehat yang bersih, serta aroma sajian yang mengugah selera. Di kota Jakarta saat ini, banyak bermunculan café-café baik yang besar maupun yang kecil, antara lain de’Excelso Café, Coffee Bean, J.Co Donuts and Coffee dan masih banyak lagi café yang lainnya. Selain menyediakan makanan dan minuman, café-café tersebut juga menawarakan suasana serta tempat yang nyaman untuk bersantai. Oleh karena itu café-café yang ada saat ini bersaing ketat untuk jadi yang terbaik. Karena itu jika pengusaha ingin mengembangkan usaha mereka dalam persaingan yang ketat ini harus memiliki strategi dan sebuah nilai jual yang lebih disbanding pesaing-pesaingnya. Dalam mengembangkan bisnis café pada umumnya, penerapan suatu produk yang berkualitas sangat mempengaruhi perkembangan café tersebut, karena tujuan utama bisnis café adalah menciptakan kepuasan konsumen dan mempertahankan konsumen yang telah dimiliki. Dalam studi ini peneliti lebih memfokuskan pada sebuah café yaitu Starbucks Coffee, dimana biasanya para pelanggan datang untuk menikmati secangkir kopi kaya rasa sambil bersantai sejenak. Namun café ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat peristirahatan namun juga sebagai tempat untuk melakukian kepentingan-kepentingan bisnis seperti rapat, menjamu tamu dari luar negeri, dan sebagai nya. Peneliti juga berpendapat bahwa keberhasilan produk di suatu pasar juga ditentuka oleh dukungan dari konsumen yang puas akan pelayanan yang diberikan. Penelitian yang lebih difokuskan pada Starbucks Coffee Rest Area Kilometer 19 ini memang menjadi pengalaman yang menarik bagi penulis disebabkan outlet Starbucks Coffee Rest Area Kilometer 19 merupakan salah satu outlet yang ramai dikunjungi masyarakat yang sedang melakukan perjalanan menuju keluar kota. Hasil awal saat pembukaannya cukup mengejutkan pihak manajemen Starbucks yang terkait mengingat respon positif dan minat masyarakat yang tinggi terhadap produk tersebut. Jumlah transaksi yang terjadi bisa mencapai rata-rata 45-55 orang perharinya, pengunjungnya pun semakin hari semakin bertambah sampai sekarang. Walaupun sudah banyak outlet Starbucks Coffee yang berdiri di Rest Area tetap tidak dapat mengantikan sensasi dan persepsi yang telah melekat di hati konsumen terhadap keunikan Starbucks Coffee Rest Area Kilometer 19. Keberadaan Starbucks Coffee Rest Area Kilometer 19 memang sudah dikenal baik oleh masyarakat golongan menengah ke atas. Bukan hanya karena rasa kopinya yang nikmat namun citra (brand image) yang melekat kuat dibenak penikmat kopi Starbucks Coffee. Starbucks Coffee Rest Area Kilometer ini yang terletak di pinggiran jalan tol memiliki jam buka operasional 15 jam yaitu : pada pukul 09.00-24.00 WIB dengan pengunjung rata-rata 45-55 orang perharinya. Karyawan (barista) yang dipekerjakan berjumlah 6 orang untuk weekday dan 8 orang untuk weekend penambahan (additional) karyawan pada akhir pekan didasarkan pada jumlah pengunjung yang bisa melonjak hingga 70-80 orang, sehingga antisipasi telah dipersiapkan agar pelayanan terhadap konsumen pun bisa semaksimal mungkin dan citra (brand image) Starbucks Coffee yang bahkan telah dikenal di dunia internasional pun tetap terjaga dengan baik. Berdasarkan teori Stanton ( 1996, p.222 ), yang dimaksud dengan produk adalah “sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) didalamnya sudah tercakup warna, harga , kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta pengecer, yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya”. Peneliti pendahuluan dilakukan dengan menghimpun keterangan dari 15 orang responden mengenai perilaku, kebutuhan dan gaya hidup masing-masing responden. Hasilnya, masing-masing responden mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Kebanyakan kunsumen telah mengenal beberapa café tertentu tetapi sebagian besar merasa belum puas atas produk dan pelayanan yang diberikan oleh café tersebut. Memang tidak sepenuhnya dalam persentase 100% kepuasan konsumen terjamin hingga mempengaruhi keputisan pembelian di Starbucks. Namun 85 % dari 15 konsumen yang telah diteliti benar-benar merasa Starbucks Coffee sebagai tempat ketiga sebagai tempat mereka dapat beristirahat. Keberhasilan Starbucks Coffee dalam memasarkan produknya sangata dipengaruhi oleh kemampuan dan keberhasilannya dalam mengetahui atribut produk apa saja yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Hingga dapat membantu Starbucks Coffee menentukan harga, pengembangan produk, promosi dan distribusi produknya menjadi lebih baik. Atas dasar latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul "PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI STARBUCKS COFFEE"